Postingan

Menampilkan postingan dari 2017
Teman sedikit bikin irit Teman banyak takut melarat Duhhh, seperti orang yang ketakutan diporotin ya ? Sebenarnya bukan masalah uang inti dari kata di atas. Teman sedikit bikin irit Irit dosa misalnya, kita hanya manusia biasa yang tidak sempurna, katakanlah banyak dosa, berusaha baik itu wajib, mencari teman yang bisa membawa pengaruh baik juga sebuah keharusan, jika seorang teman berkenan sama-sama untuk menuju baik, maka bergandeng erat, saling mengingatkan, nasehat kebaikan itu menjadi sebuah tameng utama demi ketaatan. Mencari teman itu mudah, kita hay say, ajak kenalan, ngobrol maka dengan begitu dapat teman, tapi sahabat dalam taat, butuh waktu yang tidak singkat. Bukan berarti pernyataan itu melarang kita untuk berteman dengan banyak orang, yang perlu diraih itu ke positifannya, jangan biarkan dampak negatif menguasai kita. Teman banyak takut melarat Melarat imam begitulah mungkin. Memang tidak semua manusia yang mempunyai teman banyak lalu melarat iman, jika di...
Fenomena Akhwat Zaman Now Pernah gak sih denger kalimat "Akhwat Zaman Now"? Kalo gue sih sering!!! Yang membahas tentang dari berhijrah, berhijab karena zaman, membahas tentang kesendirian atau bahasa gaulnya "jomblo" hingga ingin segera dihalalkan. So what tentang berhijab mengikuti zaman? Kalau ada yang berhijab karena mengikuti zaman, ya Alhamdulillah. Setidaknya membawa perubahan pada beberapa Akhwat, dari yang belum berhijab hingga mengenakan hijab, dari yang berhijab pendek hingga ke hijab syar'i, yang perlu ditambah adalah tentang pengertian kewajiban umat muslimah yang diwajibkan untuk berhijab, agar kesepahaman tentang berhijab adalah keharusan bukan mengikuti zaman. Mau hijab_in hati dulu. Lah ini ni yang bikin ambigu, emang ada hijab buat hati? Emang bisa hati dipakein hijab? Ya kali hati dihijab_in. "Nunggu baik dululah, baru pake jilbab" kapan baiknya? Yakin tuh umur sampai hari esok, Astagfirullah. Berhijab kok masih suka s...
Ini tentang mu, tentang kita Dimana saat aku memutuskan untuk menjauh darimu Berat memang, meninggalkan mu tanpa kepura-puraan, karena nafas ini masih milikmu seutuhnya Ada hujan di mata ini, kuseka perlahan Tetapi... hujan itu semakin deras dan membasahi alam rindu, menggenangi seluruh ruang hati ini Malam ini seakan mengutuk seluruh alam, Hitam pekat tanpa bintang menghiasi Kutapaki kepedihan dengan rasa gelisah, hingga kudapati ruang hampa yang membasah Bayangmu abadi dalam benak Tak mampu kujeda walau sebentar Aku memaki dalam sunyi Sepi, kerontang tanpa cahaya menemani Kurelakan diri menikmati kesemuan hati, meninggalkan kepiluan yang bermuara, kini kau tiada di sini, kumelaju seorang diri, menanti kedatangan sang mentari pagi, agar aku bisa membunuh perasaan ini hingga mati. Vina 22 juli 2017
"SEPARUH JIWAKU PERGI" Aku tidak mengatakan bahwa semua sama, tapi yang kulihat ketika bosan menjelma, kata lelah akan jadi penghias utama, lelah atas kata dasar apa ? Benar-benar pertimbangan yang tak bisa dicerna. Jika bicara tentang lelah, seharusnya akulah yang lelah, menghadapi semua keegoisannya, mengalah, menunduk, bersabar menahan segala amarahnya, lalu... apa aku juga harus mengatakan hal yang sama ? Bahwa aku pun lelah. Jika mencintainya adalah kesalahan, kuharap ada hukuman yang lebih ringan selain melupakan, kenangannya terlalu banyak untuk dilupakan, dan yang ada hanya akan merusak pikiranku saja. Bukankah hati memiliki hak atas apa yang ia rasakan, meski tak harus menjadikan pemiliknya, setidaknya samar-samar perasaan itu bisa diungkapkan walau hanya lewat tatapan saja. Kulihat dia berpaling dan melangkah menjauhi tempat aku berdiri, semakin lama semakin menjauh dan lenyap tak terlihat lagi oleh tatapan sedihku, aku relakan kepergiannya dan dia membawa ...
"KORBANMU"                 ~Tata Janeta ~Sendiri ku menangis Tidak tau mengapa semua bisa terjadi, ketika perasaan ini kau obrak abrik tanpa permisi, mengenang kenangan yang telah lalu, sungguh aku tak berdaya. ~Tak seorangpun tahu lukaku Kucoba untuk menahan amarahku, menyembunyikan air mata dalam senyuman luka, yang kau gores dengan belati tak bermata, sungguh penyiksaan yang bertuliskan cinta. ~Air mata seakan luapkan rasa sedihku Hanya dia, air mata yang menjadi saksi luka, atas perih yang kau bubuhkan dalam asmara, aku bisa apa, semua hanya tinggal cerita. . ~Percuma semua penjelasanmu Aku sudah tak percaya atas apa yang terlontar dari mulutmu, semua bagai racun, kau berhasil dalam hal ini. ~Kini ku takkan peduli padamu Sungguh tiada lagi keikhlasan yang tersisa, aku pun tak tau harus apa, bagiku kau hanya penghias luka diatas kesetiaan. ~Simpan saja semua kata katamu Tak perlu lagi kau ucap ...
Gambar
Ciptakan Bahagia mu 😍😍😍 Mungkin memang bukan inginku, tapi nyatanya kakiku berpijak disini, ada kekuatan yang menghantarkan diri diperaduan ini, kekuatan yang tak bisa dikendalikan oleh kesadaran. Aku bagai wayang, dimana ada sang dalang dibelakang ku, aku digerakkannya, dimainkan sesuka hatinya, tanpa dia aku tak akan tergerak, walau terasa aneh namun diri tetap mengikuti semua keinginannya. Tubuh yang batu, menunggunya untuk melempar agar bisa berpindah, sakit memang, tapi tetap saja mematuhi aturan mainnya. Berontak ? Mana mungkin ? Tanpa campur tangannya tak akan bisa menikmati indah atau gundah. Mungkin aku melupakan sesuatu, dimana sang dalang yang lebih berkuasa atas kehidupan ini, yang nyata, tanpa dibuat-buat, tanpa rekayasa, tanpa ada yang harus ditutup-tutupi, tapi..... semua mengandung makna misteri. Bukan tak mampu membuat bahagia dalam cerita hidup, mungkin saja diri yang tak pandai menciptakan keindahan itu. Bila ada hujan dimata itu, apa kau lupa, akan a...
Gambar
Sesekali jadilah diriku, agar kau tau dicerca rasa rindu itu sangat tersiksa. Aku bukan anak kecil yang dimana ketika mencari ibunya yang sedang sibuk bisa dibujuk dengan mainan, mereka bisa menghiburku, tapi tdk bisa merasakan resahku. Sesekali lihatlah aku, agar kau tau ada hujan dimata itu. Mengapa tak kau ia kan saja ketika tanya pada mu tentang tak kemauan mu itu, agar tiada harap disini. Apa kau sengaja membuat gaduh dihatiku ? Aku kaku disini, menatap setiap jengkal langkah kaki mu, yang lama kelamaan semakin menjauh dan menjauh. Aku percaya, bahwa luka membawa kedewasaan, yang ku tau, aku bisa tegar atas kepergian mu, aku bisa tegas atas hatiku meski sedikit memilu, setidaknya dia aku ajarkan kerelaan. Kembalilah, jika yang kau cari tak kau dapati. Tak usah khawatir aku tetap menanti mu untuk kembali, namun jika kau tak melihat ku disini, apakah kau tetap akan mencari diriku, entahlah. Seandainya kau tau dgn keputusasaan dirimu akan pencarian diriku mengertilah aku ...

Pergi

Ketika rindu sama beratnya dengan keadaan, aku hanya mampu mengusap peluh di pelupuk mataku, ketika bahagia atas hari indah beriringan dengan kepiluan melewati waktu bersama, hanya kata tegar yang mampu aku rengkuh. Aku sadar kini kau tak lagi beriringan disini, bukan kepiluan, tapi terpapar jelas kelukaan yang kau cipta dengan madu kasih, bukan kekecewaan, tapi kerusakan rasa pada kepercayaan yang kau buat hancur sekali hempas. Pergilah sejauh yang kau mau, aku tak akan lagi mengusik mu, membebani mu, merindukan mu, biarkan waktu yang menemani ku, ku tak akan lagi mengharapkan mu, cukup sunyi dan sepi pengobat rasa lelah ku. Tak akan ada lagi aku yang kau anggap benalu, setelah kau pergi, aku pun melangkah untuk menjauh, tenang, aku tak akan kembali, untuk membuat hidupmu menjadi bahagia tanpa hadirku di hidup mu.

Pernah

Aku pernah merasakannya Kebahagian yang kau ukir diatas pasir pantai Indah... sangat indah Membuat ku terbang dan melayang tinggi Aku tak bisa meraba keadaan itu Karena aku terlalu bahagia Hingga membuatku terlena dan terlupa Kau jamu keindahan itu dengan ramuan palsu Namun tak tercium oleh hati yang penuh cinta Kau taburi rindu dengan bumbu beracun Kau hidangkan dalam senyum penuh makna Terlena, aku terlena Seakan semua berada dalam dekapan Rindu milikku, cinta milikku, bahagia milikku, semua milikku Titik temu luka hadir menjelma Menghiasi keindahan penuh balur kepiluan Ini hanyalah mimpi semalam Yang berwujud nyata dalam bayangan

Tertatih ku dalam sendiri

Rintik ini datang lagi Rasa enggan tuk menemui Membawa rindu yang tak pasti Menopang kasih dalam sepi Gerimis disini Mengusik jiwa merasuk hati Membasahi luka yang pernah hadir Rintik hujan tiada henti Lambaian rindu merasuk lagi ku tertegun dalam sepi Menepis luka yang telah kau beri Rintik ini masih setia Menemani aku dalam ruang hampa Tertatih ku dalam kesendirian memeluk bayang mu yang pergi tak berpulang

Berteman pagi

Mentari di ufuk barat, biasnya masih mencekat Namun kakiku tak mampu melangkah cepat Aku tak ingin dia berlalu begitu saja, meninggalkan diriku bersama kegelapan, aku tidak ingin berteman sunyi, aku ingin cahaya itu tetap di sini. Senja telah pergi, menenggelamkan sang surya dalam kegelapan, dan kini, aku berteman sepi, ku harap kau tak berlalu begitu saja, tinggalkan lah sedikit kenangan untuk ku, agar aku tak merasa kesepian. Dekapan sunyi malam ini, menghantarkan kepada rindu pagi, aku masih disini, bersama bintang yang terus bernyanyi. Bersama bintang ku lewati malam, bulan bercerita tentang bumi, dan aku mulai terjaga dalam mimpi. Kini pagi menampakkan diri, tapi enggan membawa sang mentari, aku tersenyum walau tanpa arti, karena sang pagi membuatku mengerti, tanpa mentari diakan hadir walau sendiri.

Dengan siapa aku berdiri

Arungan kalbu menerpa rindu Harum semerbak bunga di hati Mengulas kasih membekukan diri Aku disini..... Di tengah kering nya kepunahan hati Ambigu yang tak pernah aku pahami Dengan siapa aku berdiri, Ketika bayang mu merampas kasih Ingin ku bicara tentang rasa yang hampir mati Kini.... Puing puing luka dalam kehancuran Meniti perih merobek hati Langit mendung menjadi saksi Diam membisu seakan tak peduli 

Rindu yang semu

Tiba-tiba rindu itu datang, menerka seketika Merajam meremas melumpuhkan jiwa Ingin ku usir rasa yang tak secara Yang entah bagaimana tak mampu ku lupa Mengenal mu lewat bayang, yang semu dan awam Aku terpaku dalam diam, apa daya rasa itu ada Salah kah bila ku meminta dirimu Menyebut mu dalam bait doa ku Untuk cinta yang semakin kuat Atau hilang dalam pekat Jika aku merindukan mu Bolehkah aku meminta dirimu Agar kau hadir menghiasi mimpiku Dan jika kau memang milikku Tetaplah disini hingga aku terjaga dari tidurku Jika rindu ini tak berujung temu Bisakah hapus bayangmu dari benakku Agar tiada sesak dalam dadaku Akan ku hembuskan panjang nafas itu Aku tak ingin ke_baper_an ini menyiksa ku Mencumbui hati yang tak mungkin jadi milikku Aku masih terpaku disini Sepi, sunyi, tanpa sang mentari Bagai dalam ruang hampa tanpa penghuni Ditengah keramaian namun serasa sendiri Biarkan sejenak ku terpaku Menatap wajahmu dalam ilusi semu Yang akan beranjak pergi bersa...

Rinduku bukan benalu

Terisak dari hati yang ku rasa tak menentu, tak bisakah kau melihat ku dari sisi baik ku, mengapa kau rejam duri dalam dadaku ? Wahai rindu yang tak bertuan, dapat kah kau beranjak perlahan dari hatiku, bisakah kau tinggalkan aku tanpa kelukaan yang mendalam ? Rinduku yang tak bertepi, meluka dalam diri, racun cinta pada jiwa yang tak mampu berdiri sendiri. Lukai aku sepuas hatimu, hingga kau sadar bahwa aku mencintaimu tanpa batas, hingga aku melangkah pergi untukmu bahagia, mungkin karena dengan hal itu aku mampu melakukan yang terbaik untukmu wahai cinta.  Aku ingin menjadi teman kerinduan mu, bukan benalu dalam hidupmu, aku ingin menjadi teman kesedihah mu, ketika tak kau dapati sandaran luka mu, akulah cahaya terang yg tertutup atap kepalsuan dalam hidupmu, ku kan tetap berdiri menantikan senyum bahagia mu, menjalin kesenangan dengan apa yang kau mau.

Adakah bahagia untuknya

Tahukah kau... Kepada jiwa-jiwa yang telah lelah Demi cinta dan kasih yang entah bagaimana Tumpuan rasa yang ada namun tak secara Tak bahagia pun tawanya merekah Tahukah kau... Disuarakan nya sebuah janji Dengan lantang dan berani Mengucur darah pun tak peduli Ada kah ini untuknya... Sebuah tawa dalam deraian hujan Mengulas lara yang menyiksa Tergenggam tangan namun tak terlihat. Luka... Luka itu bersemayam dalam darah Pilu... Pilu yang tak terlihat oleh mata Sakit... Namun ia tetap bertahan dalam rasa Indah ini sudah menghias rasa Rasa dalam jiwa beraga